Review: Emma - Jane Austen, Drama Romansa Klasik yang Menghibur





Judul: Emma, Cinta Bukanlah Permainan
Pengarang: Jane Austen
Penerbit: Penerbit Qanita
Tebal Buku: 737 halaman
Tahun Terbit: Edisi kedua Cetakan I, 2019
ISBN: 978-602-402-140-5


Sinopsis:
    Cantik, pintar, kaya – dan lajang – Emma Woodhouse begitu puas dengan kehidupannya, sampai-sampai dia merasa tidak membutuhkan cinta maupun pernikahan. Satu-satunya hal yang menyenangkan dirinya adalah mencampuri kehidupan cinta orang lain.


    Tetapi, ketika dia mengabaikan peringatan teman baiknya, Mr. Knightley, dan berusaha untuk mengatur perjodohan antara Harriet Smith, anak didiknya, semua perbuatannya terbongkar dan berujung pada akibat yang tidak dia harapkan.




Review:

    Buku pertama yang saya selesaikan di CaRengRu. Mempunyai tebal 737 halaman, saya kira buku ini akan melelahkan untuk dibaca. Nyatanya tidak, penulis berhasil menuangkan ceritanya dengan baik dan membuat saya ingin terus-menerus membuka lembar buku. Penulis menggambarkan secara rinci bagaimana kehidupan di desa Inggris pada tahun 1800an yang masih kental dan kuat dengan adat masyarakatnya yang gemar bersosialisasi, mengadakan perjamuan, berpesta namun masih adanya perbedaan kelas-kelas.

    Sosok Emma sebagai tokoh utama yang sempurna namun masih mementingkan perbedaan kelas membuat saya agak kurang suka di awal. Di awal cerita, Emma terkesan seperti gadis sempurna – si nona besar – yang memiliki semua hal karena terlahir di keluarga kaya dan memandang rendah kelas sosial di bawahnya. Hingga saya merasa puas dan senang ketika akhirnya konflik dimulai dan membuat Emma kebingungan dan akhirnya dapat merefleksikan sikapnya yang kurang baik selama ini. Saya menyukai sikapnya yang mau berubah menjadi lebih baik, sosok-nya di akhir menjadi terlihat cantik lagi setelah semua yang telah terjadi.

    Jane Austen seperti sengaja mencontohkan berbagai macam jenis manusia di 1800an dengan perbedaan kelas yang kental melalui tokoh-tokohnya di buku ini. Ada Emma, Mr. Knightley, Mr. Woodhouse, Mr. dan Mrs. Elton, Mr. dan Mrs. Weston, Miss Bates dan Jane Fairfax, Miss Smith, Mr. Frank Churchill dan tokoh lainnya dimana setiap tokoh berasal dari latar belakang yang berbeda, kepribadian berbeda serta pandangan yang berbeda mengenai perbedaan kelas.

    Emma, si gadis kaya dan pintar dari Hartfield. Mr. Knightley, teman Emma yang rendah hati, bijaksana dan dihormati semua. Mr. dan Mrs. Elton, pastor dari kalangan menengah dan istrinya yang high class. Mr. dan Mrs. Weston, pasangan ramah dan baik yang disukai semua orang. Miss Bates dan Jane Fairfax, wanita tua yang belum menikah dan keponakannya yang pintar karena keberuntungan-nya. Miss Smith, gadis polos dan tidak diketahui siapa orang tuanya. Serta Mr. Frank Churchill, anak dari Mr. Weston, pewaris paman dan bibinya yang berkunjung ke Hartfield.

    Cerita dimulai setelah Mr. dan Mrs. Weston menikah dan Emma ditinggalkan oleh teman terbaiknya itu (Mrs. Weston). Mrs. Weston pun mengirimkan Harriet Smith untuk menemani Emma di rumah. Karena rasa sayang Emma terhadap Harriet, Emma merasa ia perlu menjodohkan Harriet dengan lelaki terbaik. Berbekal rasa percaya diri – karena berhasil menjadi mak comblang Mr. dan Mrs. Weston – Emma pun mulai melakukan misinya mencari jodoh untuk Harriet Smith.

   Pada bab awal-awal buku, diceritakan mengenai Emma dan kehidupannya. Bagaimana interaksi antar penduduk di Highbury. Kehidupan di pedesaan yang tenang dengan penduduk yang akrab dan saling mengunjungi perjamuan makan. Suasana khas desa kecil di Inggris. Setting cerita yang digambarkan cukup rinci membuat saya dapat membayangkan bagaimana kehidupan Emma, mulai dari suasana rumah hingga suasana di desanya. Diceritakan juga mengenai misi Emma tentang perjodohan Harriet.  Emma pun melancarkan rencana-rencana perjodohan, mulai dari memperkenalkan temannya, mengundangnya ke rumahnya sesering mungkin, hingga membiarkan Harriet tinggal di rumahnya.

    Rencana perjodohan ini membawa Emma menuju konflik yang tidak ia duga. Hingga muncullah Frank Churchill, yang kedatangannya menjadi buah bibir di Hartfield, apalagi kepribadiannya yang menyenangkan membuat Emma tertarik. Padahal Emma sendiri tidak ingin menikah. Apakah akhirnya Emma jatuh cinta dengan Frank Churchill? Kisah selanjutnya mengenai Emma dapat dibaca melalui bukunya.

    Konflik yang disajikan sekitar kehidupan sosial dan pernikahan di masyarakat tahun 1800an. Konflik disajikan dengan perlahan, rinci, namun menarik untuk disimak dan menghibur. Jika pernah menonton drama Hospital Playlist, saya rasa perasaan saya untuk menebak tokoh mana berakhir dengan tokoh yang mana kurang lebih sama dengan drama tersebut. Saya pun ikut menebak akhir cerita dan jodoh masing-masing tokoh, jika kita memperhatikan setiap rinci cerita, akan dapat menebak jelas bagaimana akhir ceritanya.

    Terkesan ringan karena pembawaannya yang jenaka, namun jika dipikirkan konflik yang ada tidak terlalu ringan, karena perjodohan apalagi dengan kelas yang berbeda itu sulit di jaman dahulu tidak seperti sekarang. Di masa sekarang pun terutama di Indonesia, jika orang berekonomi tinggi dan rendah menikah, akan ada ocehan tetangga yang ringan hingga kejam. Jika disandingkan dengan saat ini, kurang lebih novel ini ingin menegaskan bahwa apapun keadaannya, di masa apapun, jika ingin menikah banyak hal yang harus dipertimbangkan. Menikah bukan hanya tentang cinta namun juga tentang kehidupan kedepan-nya bersama pasangan. Bagaimana bibit-bebet-bobot dari calon pasangan sangatlah penting. Menurut saya, hal itulah yang menjadi poin penting dari buku ini. Selain itu juga dijelaskan melalui kejadian-kejadian di buku tentang bagaimana kita harus bersikap dan bergaul dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

    Akhir kata, senang sekali bisa membaca buku ini. Saya harap saya dapat membaca buku lainnya karya Jane Austen. Saya memberikan skor 4/5 untuk buku ini karena ceritanya yang dekat dengan kehidupan, menghibur, dan maknanya yang tersirat. Selamat membaca buku ini!

    Terima kasih telah membaca review saya. Jika mau berdiskusi, memberi kritik dan saran boleh tinggalkan jejak di komentar. Sampai jumpa di cerita lainnya dari saya. :)


Tulisan lainnya dari saya:
Review: Confessions - Minato Kanae
Langkah Baru Dimulai Dari Sini




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Baru Dimulai Dari Sini

CLAPPERBOARD

Review Another: Episode S oleh Ayatsuji Yukito, Spin-off Misteri yang Sayang untuk Dilewatkan